Rabu, 04 April 2012

Merajut Impian

Bismillah,

Aku berjalan menyusuri jalan menuju kantorku yang tidak begitu jauh dari kontrakanku. Sekarang tepat pukul 8.15. Di sepanjang jalan mulai terlihat aktivitas rutin setiap pagi. Bersliweran karyawan-karyawati yang hendak menuju ke kantornya. Ada yang berjalan kaki seperti diriku, tidak sedikit pula yang naik motor dan mobil. Di sela orang-orang yang sedang sibuk berjalan terburu-buru ke kantor, ada hal aneh yang selalu mengusik penglihatanku setiap pagi. Jika di daerah lain di kota jakarta pada umumnya berseliweran anjing atau kucing setiap pagi disepanjang jalan, namun yang ini lain, yang kulihat disepanjang jalan adalah kambing. Entah berapa kambing yang kini turut sibuk mencari penghidupan untuknya. Bergaul bersama orang-orang disini. Rupanya, jika aku pikir-pikir, kambing disini berbeda dengan kambing yang ada dikampungku. Di kampungku, kambing selalu rapat terkunci dalam kandangnya, hanya sekali-kali dilepas itupun dipadang rumput. Sedangkan disini, kambing ikut bergaul dengan manusia. Ada yang ikut nongkrong di lapak-lapak penjual koran, banyak juga yang berdiri dipintu pemilik warteg meminta jatah makan pagi itu. Benar-benar hal aneh yang sampai sekarang masih mengusik benak dan penglihatanku.

Tidak perlu menempuh perjalanan yang melelahkan untuk menuju kantorku, ini hanya memakan waktu sekitar 15 menit dengan berjalan kaki. Kantorku berada di salah satu gedung tertinggi di kota slipi. Bila dilihat dari kejauhan, gedung ini berwarna kehijauan. Entah bagaimana cara membuat gedung ini tampak mewah, dengan sekeliling gedung ini berbahan kaca. Kantorku sendiri berada di lantai nomor 8 di gedung itu. Merupakan perusahaan kontraktor, lebih tepatnya sub contraktor. Dengan beberapa karyawan didalamnya. Untuk ukuran kantor, kantorku ini berukuran minimalis namun sangat produktif, karena karyawannya tidak seberapa. Hanya ada empat orang termasuk saya. Satu sopir, dan satu lagi karyawan baru.

Huft.. aku menghela nafas sesampainya di mejaku. Sesekali kupandangi keluar jendela, nampak dibawah berderet mobil dengan kepulan asapnya, tak jarang juga angkutan umum menyeruak ikut menyesakkan jalan raya. Hari-hari terakhir ini terasa berat kurasa, setelah dua minggu lalu tugas akhirku di kampus aku lupakan begitu saja karena ada tugas audit di proyek tanjung tabalong kalimantan selatan, belum lagi amanah terakhirku dikampus yang sekarang ini lagi banyak-banyaknya. Maklum aku adalah mahasiswi tingkat akhir di salah satu perguruan tinggi ekonomi Islam di parung-Depok, selain itu aku juga seorang aktivis. Dan gajiku bulan lalu yang belum kuterima menambah kepenatanku. Sekali lagi ku hela nafasku. Sepertinya aku harus pinjam uang ke mbak yang di karawang dulu barang seratus ribu, untuk makanku nanti.
Dari hiruk pikuk jalan raya, mataku beralih lagi ke layar netbookku. Kuteliti lagi laporan audit yang telah lama selesai kubuat sembari sesekali YM-an ke karyawan yang lain.

Tak terasa jam dinding di belakang mejaku sudah menunjukkan pukul 17.00 tepat. Waktu untuk pulang kantor. Tapi uniknya dikantorku, kami para karyawan belum berani pulang jika bapak (Bos kami) belum pulang. Akhir-akhir ini bapak sering pulang pukul 17.30, sering pula lewat dari jam itu. Kalau jam sudah menunjukkan pukul 17.30 dan belum ada tanda-tanda bapak mau pulang, biasanya kami inisiatif untuk pulang duluan. Seperti sekarang ini.
***bersambung